Adanya fenomena gaya Korea kembali mencuat dalam pergaulan anak muda saat ini. Pasti anak muda sekarang sudah mendengar tentang Sm*sh, Max 5, 7 Icons, dan Cherry Belle, serta masih banyak lagi yang tak asing ditelinga. Semua itu merupakan Boy/Girls Band Indonesia yang mengikuti gaya ala Korea. Selain model pakaian, film, serta artis Korea yang sangat digemari oleh para anak muda Indonesia, fenomena girl band dab boy band ini sendiri membawa dampak positif dan negative bagi para anak muda Indonesia. Mereka membentuk sebuah kelompok bernyanyi dan menari dengan tampilan mirip dengan boy/girl band korea. Memang benar apabila kita lihat sekarang-sekarang ini anak muda Indonesia cenderung meniru, dan mengadaptasi dari Korea langsung. Sehingga dengan adanya boy/girl band yang ada ini cenderung musiman, demam atau trend saja, yang sewaktu-waktu akan menghilang jika sudah tidak terkenal.
Dalam dunia entertainmen menurut saya sah-sah saja, apalagi kita dapat melihat kreatifitas para anak muda Indonesia dalam berkreasi didunia tarik suara dan menari. Namun, banyak pihak juga yang menilai bahwa adanya Boy/girl band ini hanya menjual tampang anak muda yang memilki wajah Asia, selian itu untuk kualitas suara yang mereka miliki juga masih dapat dikatakan standar. Membumingnya boy/girl band di Indonesia juga memberikan efek “ Aji Mumpung “ bagi para artis tanah air hal ini terbukti dengan adanya boy/girl band yang terbentuk dari para artis sinetron seperti 3 G, jebolan Take him out, dan masih banyak lagi.
Kritikan mengenai adanya boy/girk band di Indonesia juga dilontarkan oleh musisi pianis sekaligus komposer terkenal Dwiki Dharmawan mengaku tidak masalah asalkan berkualitas. Menurut suami dari penyanyi Ita Purnamasari ini, boyband dan girlband harus memperhatikan kualitas suara selain gaya "Aku gembira-gembira saja sepanjang kualitasnya bagus. Sampai disukai orang kualitasnya bagus dan original. Kalau kualitasnya pas-pasan ya kurang bagus," kata Dwiki saat ditemui di House of Piano, Dharmawangsa Square. "Boyband itu kan lebih banyak mengedepankan gayanya, style-nya daripada vokalnya sendiri. Coba kalo misalkan ada gayanya oke Kualitas suaranya ciamik juga. Mantap, kan.” Dwiki juga menyatakan pentingnya menjaga kualitas dan tidak sekadar ikut-ikutan. "Itu yang jadi nilai lebih, trendi tapi tetap jaga kualitas suara," pungkas Dwiki.
Untuk membentuk sebuah kelompok boy/girl band di Korea Boyband dan girlband di Korea, sebelum mereka jadi artis, mereka dilatih dulu oleh perusahaan agensi yang merekrut mereka selama beberapa tahun. Mereka dilatih mulai dari umur mereka yang masih belia (sekitar umur 12-17 tahun), diseleksi dengan ketat, dan diajarin bagaimana seharusnya attitude seorang idol didepan publik untuk menjaga nama baik perusahaan agensi mereka. Jadi mereka nggak asal langsung jadi artis. Harus melewati waktu bertahun-tahun kemudian baru debut jadi artis. Perlu diketahui, di Korea ada banyak Anti Indonesia karena hal ini.
ada beberapa masukan yang perlu di perhatikan oleh boyband/girlband Indonesia:
Kualitas vocal, kekompakan dalam menari, training sebelum debut, kreativitas dalam tarian, kostum, dan lagu baik lirik maupun music, terinspirasi boleh, namun kreativitas langsung meniru saja. Gimana pun juga ini kan boy/girl band dalam negeri. Seharusnya perlu disemangati. Siapa si yang mau dihina? Artis dalam negeri pun harus sadar dan jangan cari kepopuleran dengan jalan pintas. Agar kualitas artis serta adanya boy/girl band yang ada di Indonesia dapat diakui kretifirtasnya dikancah Internasional.
file:///E:/berita-258-fenomena-boyband-dan-girlband-indonesia.html ( 15 des, 2011, 23.13)
file:///E:/00014001.html
file:///E:/fenomena-boygirls-band-korea-icons-indonesia.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar